Yah bulan Rabiul Awwal beberapa hari yang lalu telah menyambut kita dengan berbagai gebyarnya, karena hampir semua kaum muslimin di seluruh dunia merayakan maulid Nabi Muhammad, Nabi akhir zaman yang membawa misi keimanan dan perubahan di seluruh belahan dunia. bertepatan dengan itu, pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang yang diasuh oleh syaikh maimun zubair. pun juga mengadakan acara Harlah yang ke-46, sebagai salah satu pesantren dengan alumni yang menyebar diseluruh nusantara dengan mengemban amanat nasyrul ilmi dan agen perubahan sosial yang tidak terbantahkan lagi. tentunya semua itu tidak lain adalah hasil riil dari asuhan dan didikan sang pengasuh yang sudah tidak asing lagi bagi kalangan intelektual Indonesia, yaitu KH. Maimoen Zubair, yang telah membuktikan bahwa pesantren dengan kesederhanaannya, ketawadhu'nya dan kajiannya yang klasik bisa menjawab tantangan zaman yang semakin tak jelas ke mana arahnya, kitab turast dengan berbagai dimensinya masih tetap relevan, tinggal di tangan siapa emas ini akan pertahankan, dikembangkan dan diimplementasikan dalam dunia yang lebih riil. dalam kesempatan ini, saya ingin mengajak semua teman-teman untuk ikut merayakan Harlah pesantren beliau diatas, sebagai rasa syukur kepada Allah yang memberi nikmat besar ini kepada bangsa Indonesia, maka kali ini puisi di bawah ini adalah ungkapan seorang murid terhadap guru dan pesantrennya, pesantren yang mendidiknya ilmu dari yang terkecil sampai yang terbesar, semoga bisa sedikit mengobati rasa rindu untuk hadir ke sarang setelah 2 tahun terakhir ini si murid tidak bisa hadir, si murid tahu bahwa hanya dengan kasidah sederhana seperti ini tidak akan bisa membalas jasa sang guru, tapi paling tidak ada upaya untuk itu. dan semoga Al-Anwar semakin berkibar, maju dan selalu istiqomah membawa bendera Ahlussunnah wal Jama'ah di belahan nusantara. semoga.
(أنوارنا كيف الخبر؟)
أنوارَنا كيف الخبَرْ # ماذا به من الغُرَرْ
(duhai Al-Anwar, bagaiaman kabarmu? apa kemajuan-kemajuan dan keindahan yang ada padamu sekarang?)
هذا ربيع الأوّلِ # يوم الذي فيه ظهَرْ
(sekarang ini adalah bulan Rabiul Awwal, bulan dimana engkau lahir di dunia ini)
أنوارنا مأوى الأثر # لا سيّما فيه القمر
(Anwarku adalah tempat berkumpulnya ilmu agama, lebih-lebih disana masih ada kiai Maimoen yang luar biasa bagaikan rembulan)
أسّسه شيخي وذا # شيخٌ يفوه بالدرَر
(Anwar di dirikan oleh guru saya, kiai Maimoen, beliau adalah seorang guru yang semua ucapannya sangat berharga bagaikan mutiara yang mahal harganya)
أنوارنا منشا الهدى # ربّاه شيخنا الأبَر
(Anwar adalah tempat munculnya petunjuk, karena ia diasuh oleh seorang kiai yang shalih)
لا لا تخف من الضرر # ما دام عندك القمر
(janganlah takut atas segala mara bahaya yang di depanmu wahai Anwar, selama kiai Maimoen yang bagaikan rembulan masih ada disampingmu)
يا طالب العلم فلا # يفُتْك ذا الشيخ الأغَر
(duhai para penuntut ilmu agama, jangan kau sia-siakan kesempatanmu untuk belajar kepada guru saya yang sangat luar bisa ini)
وافْدِ لصحبه الدُنَى # لا لا تخف من الضرر
(korbankan semua yang kau miliki dari dunia ini agar kau bisa menemani, mengaji pada beliau. janganlah kau takut akan bahaya di depanmu)
لازم به طول الدهَر # يأتيك ربّي بالظفَر
(mulazamahlah pada beliau sepanjang masamu, insya Allah tuhanku akan memberikan padamu apa yang kau inginkan)
سارانُ من وطْأته # يغلي بإثْرها الذفَر
(tanah sarang menjadi harum semerbak wewangian, karena beliau menginjakkan kakinya yang mulia di atasnya)
لو لم يكن بُعْد المدَر # أحبو إليك يا قمر
(andaikan jarak yang jauh tidak menghalangiku, niscaya aku akan merangkak untuk datang kepadamu duhai sang guru, duhai yang rembulan)
شوقي إليه قد دعا # بنظم شعرٍ أو نثَر
(kerinduanku kepadanya telah menuntunku untuk merangkai beberapa untaian puisi ataupun prosa)
أستودع الله القمر # حياته من الشرر
(saya hanya bisa menitipkan kesehatan dan kehidupan guruku yang bagaikan matahari kepada Allah,semoga di jaga dari segala kejelekan)
واقاه ربي دائما # من كل ضيْر و كدَر
(semoga tuhanku selalu menjaga beliau dari mara bahaya dan susahnya kehidupan ini)
ولْتسمعِ الدنيا فذا # صوت ضميري إعْتذَر
(hendaklah dunia ini mendengar, suara hatiku ini, suara hati meminta maaf dari sang guru)
ولْتشهدِ الدنيا فذا # شوق المريد في السفَر
(hendaknya dunia ini bersaksi, bahwa puisi ini adalah ungkapan rindu seorang murid dalam perantauan).
ngetes
ReplyDelete