Isra
Miraj selalu menjadi pembahasan yang
menarik untuk terus dikaji, sejak awal terjadinya, peristiwa 14 abad silam ini
memang sudah mengundang perdebatan hebat dan pro-kontra yang menarik. Kemudian
seiring berkembangnya waktu beberapa dinamika perdebatan juga ikut mengisi kajian
seputar ilmiah Isra Miraj. Data-data itu
tersimpan rapi dalam buku-buku ulama kita, baik buku yang berliteratur sejarah,
ilmu kalam maupun buku-buku lainnya. Dari beberapa data ini penulis tertarik
untuk kembali mempublikasikan beberapa dinamika pro-kontra dan dinamika
perdebatan yang terjadi seputar Isra Miraj Nabi Muhammad Saw.
Ketika awal
terjadinya, peristiwa ini mendapat banyak perhatian dari masyarakat Makkah karena
memang Nabi sendiri menceritakan kisah yang baru dialaminya semalam dengan berorasi
di depan khalayak ramai. masyarakat Makkah, serta mengajak mereka untuk memeluk
Islam. Peristiwa ini mendapat berbagai tanggapan dan komentar dari Kafir
Quraisy maupun kalangan sahabat. Perlu diketahui, bahwa Nabi Muhammad merupakan
sosok yang sudah terkenal akan kejujuran dan integritasnya dalam menyampaikan
sebuah kabar, sehingga banyak kaum Quraisy Makkah yang membenarkan beliau
karena kemasyhuran beliau akan kejujuran. Tetapi di sisi lain kemustahilan
kisah Isra’ Mi’raj lebih dianggap kuat dan mampu mengubur dalam-dalam arti
al-Amin yang telah tersematkan pada diri Nabi, hingga masih sulit bagi banyak
orang untuk membenarkan Isra’ Mi’raj. Padahal kisah Nabi itu juga sudah diperkuat
oleh beberapa pertanyaan yang bernada menguji seperti sifat baitul Maqdis dan
kisah rombongan yang sedang bepergian keluar Makkah, kapan mereka datang dan
kejadian yang menimpa mereka, meskipun benar kisah itu disertai fakta-fakta dan
data mereka tetap teguh pada ke-tidak iman-annya. Komentar kontra paling keras
bahkan muncul dari paman Nabi itu sendiri, Abu Lahb, “ Hanya untuk hal seperti
ini kau mengumpulkan kami” dengan disertai caci maki yang kasar. Bahkan
sebagian kaum muslimin ada juga yang kembali murtad disebabkan kisah Isra Miraj
yang baru saja dikisahkan oleh Nabi. Beberapa orang kafir Quraisy yang kurang
percaya tadi sempat mengadukan kejadian itu kepada Abu Bakar, alih-alih meminta
perhatian, Abu bakar justru tetap berpegang pada imannya dan berkata “ Demi
Allah, jikalau memang Muhammad yang berkata demikian, maka Ia benar “. Golongan Orang mukmin masih tetap banyak yang
beriman dan membenarkan kisah Nabi Saw, Abu Bakar tampil di barisan paling
depan dalam membenarkan peristiwa ini, oleh sebab itulah beliau dijuluki “
as-Shidiq “,
Kapan Isra’
Mi’raj terjadi?
Seiring berjalannya
waktu, dinamika perdebatan tentang isra miraj ini terus bermunculan. Permasalahan
yang termasuk paling sering dibahas oleh ulama adalah tentang kapan sebenarnya
Isra Miraj ini terjadi. Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri sempat mengutarakn
perbedaan pendapat ini sampai 6 pendapat, pertama pendapat al-Thabari yang
mengatakan bahwa isra miraj terjadi pada masa diangkatnya beliau menjadi nabi,
pendapat kedua mengatakan 5 tahun setelah kenabian, pendapat ini dikuatkan oleh
al-Nawawi dan al-Qurtubi, lalu pendapat ketiga mengatakan pada 27 Rajab tahun
ke-10 setelah kenabian beliau pendapat ini dipilih oleh Allamah al-Manshurfuri.
Namun ketiga pendapat ini terpatahkan oleh data-data sebagaimana yang disajikan
oleh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam bukunya al-Rahiq al-Makhtum, bahwa
ketiga data ini secara jelas menunjukan bahwa isra miraj terjadi pada saat
dimana Khadijah istri Nabi masih dalam keadaan hidup karena Khadijah wafat pada
bulan Ramadlan 10 tahun setelah kenabian.
Kemudian 3
pendapat lainnya yaitu, Bulan Ramadhan 16 bulan sebelum hijrah, Bulan Muharram
1 tahun 2 Bulan sebelum hijrah dan Bulan
Rabiul Awwal 1 tahun sebelum hijrah, namun mengenai 3 pendapat ini penulis
belum menemukan komentar ulama tentang mana yang lebih unggul karena
keterbatasan penulis.
Apakah
Beliau Isra Miraj dengan Ruh dan Jasad?
Sudah disepakati dan diyakini bersama bahwa isra
miraj memang sebuah fakta sejarah yang benar-benar terjadi, bahkan ada banyak
penguat seperti apa yang telah dikisahkan dalam Al-Quran, kemudian Imam Bukhori
beserta pakar ahli hadits lain juga turut mendokumentasikan peristiwa ini dalam
buku-buku mereka. Namun kemudian muncul sebuah pertanyaan : apakah sebenarnya
Nabi Isra Miraj dengan jasad dan ruh atau hanya ruh saja? Dalam menjawab
pertanyaan ini banyak ulama yang berbeda pendapat karena memang tidak ada
keterangan langsung dari Nabi sehingga para ulama mencoba berijtihad
menggunakan argumentasinya masing-masing disertai dengan dalil-dalil yang
mu’tabar. Dari golongan Ulama yang berpendapat bahwa Nabi Isra Miraj dengan
jasad dan ruh munculah deretan nama seperti Husen Haikal, Muhammad Abduh, Farid
Wajdi, Ibnu Ishaq dan lain sebagainya yang mengikuti pendapat Muawiyah dan
Sayyidah ‘Aisyah yang tertuang dalam hadits :
أن عائشة رضوان الله عليها كانت ، تقول : ما
فقد جسد رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ولكن الله أسرى بروحه
Artinya : Rasulullah tidak pergi dengan badannya, tetapi Allah yang
membuatnya bepergian dengan ruh.
Kemudian
pendapat ini juga berlandaskan pada surat Al-Isra ayat 60 :
......... وَمَا
جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ..........
Artinya : .......Dan Kami
tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai
ujian bagi manusia….........( QS. Isra : 60 )
bahwa kata الرُّؤْيَا adalah akar kata dari رأي yang berorientasi pada mimpi, bukan رأي yang berorientasi pada
melihat secara kasab mata karena memiliki akar kata sendiri yaitu الرُّؤْيَة .
Kemudian
ulama yang berpendapat bahwa isra Nabi dengan
jasad dan ruh dan pendapat inilah yang diunggulkan oleh jumhur ulama
sebagaimana yang ditulis oleh Syaikh Ramadhan al-Buthy dalam bukunya Fiqh
al-Sirah, kebanyakan ulama yan berpegang pendapat ini bertendensi pada hadits-hadit
dan surat al-Isra ayat 1. Berikut pola
pengkajiannya :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ...............
Artinya : Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya .......(
QS. Isra : 1)
Ketika Isra dengan ruh saja maka hal ini jelas bukanlah sebuah mukjizat
yang diluar kebiasaan manusia, padahal jelas awal ayat ini diawali dengan
kata سُبْحَانَ , yang mana
menunjukan adanya perkara besar yang ingin ditunjukan setelah kata tersebut
sebagaimana yang terdapat dalam kitab Dhurrah al-Nashihin.
Kemudian bukannya tidak mungkin jika Nabi di-isra miraj-kan dengan jasad
dan ruh karena semua itu adalah perkara yang dilakukan Allah, sebagaimana terindikasi
oleh kata sesudahnya أَسْرَىٰ
yang berbentuk mutaaddi atau kata kerja yang diaktifkan karena mengikuti
wazan أفعل. ketika Allah yang berkehendak maka semua hal itu
mudah saja untuk terlaksana.
Berlanjut ke kalimat sesudahnya, بِعَبْدِهِ bahwa kata عَبْد itu tidak bisa dilarikan untuk hamba hanya pada
ruhnya melainkan manusia secara utuh, ruh dan jasad. Sebagaimana penggunaan عَبْد yang juga tertuang dalam ayat-ayat lain. Seperti
dalam surat al-Alaq ayat 9 : “ عَبْدًا اِذَا صَلّٰىۜ ” dan surat al-Jin ayat : 19 “ وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ
يَدْعُوهُ ” .
Dan untuk mengenai penafsiran الرُّؤْيَا maka kalimat ini boleh-boleh saja memiliki 2
orientasi yaitu penglihatan mimpi dan penglihatan nyata, sama seperti قربى dan قربة. Hal ini juga senada dengan penafsiran Abdullah
bin Abbas yang kemudian diikuti oleh para ulama seperti Ibnu Katsir. Dengan
adanya penafsiran ini, kata الرُّؤْيَا justru turut memperkuat jawaban kelompok yang
berpendapat dengan jasad dan ruh, karena ditafsiri dengan melihat secara nyata
bukan hanya mimpi.
Sebenarnya masih banyak sekali pembahasan menarik seputar dinamika
perdebatan isra miraj seperti tempat pijakan awal naik ke langit, apakah Nabi
melihat Allah dengan mata asli atau bagaimana? namun karena keterbatasan sajian
dan meringkas, akhirnya penulis cukupkan sampai disini. Semoga dinamika ini
dapat menggugah kita untuk kembali membuka-buka dokumentasi ulama. Disana kita
dapat menemukan kajian-kajian yang menarik yang sudah dibahas Para ulama secara
panjang lebar dan tinggal kita apakah mau kembali membukanya atau menjadikannya
buku sejarah yang hanya tinggal sejarah. Kemudian dari penulis kurang lebihnya
memohon maaf, sekian dan terimakasih.
0 comments:
Post a Comment