Tuesday, 8 April 2014

Dinamika Perdebatan Isra Miraj

 Isra’ Miraj’: Hanya Ruh atau Beserta Jasad Nabi?
Dinamika Perdebatan Isra Miraj

Isra Miraj  selalu menjadi pembahasan yang menarik untuk terus dikaji, sejak awal terjadinya, peristiwa 14 abad silam ini memang sudah mengundang perdebatan hebat dan pro-kontra yang menarik. Kemudian seiring berkembangnya waktu beberapa dinamika perdebatan juga ikut mengisi kajian seputar ilmiah  Isra Miraj. Data-data itu tersimpan rapi dalam buku-buku ulama kita, baik buku yang berliteratur sejarah, ilmu kalam maupun buku-buku lainnya. Dari beberapa data ini penulis tertarik untuk kembali mempublikasikan beberapa dinamika pro-kontra dan dinamika perdebatan yang terjadi seputar Isra Miraj Nabi Muhammad Saw.
Ketika awal terjadinya, peristiwa ini mendapat banyak perhatian dari masyarakat Makkah karena memang Nabi sendiri menceritakan kisah yang baru dialaminya semalam dengan berorasi di depan khalayak ramai. masyarakat Makkah, serta mengajak mereka untuk memeluk Islam. Peristiwa ini mendapat berbagai tanggapan dan komentar dari Kafir Quraisy maupun kalangan sahabat. Perlu diketahui, bahwa Nabi Muhammad merupakan sosok yang sudah terkenal akan kejujuran dan integritasnya dalam menyampaikan sebuah kabar, sehingga banyak kaum Quraisy Makkah yang membenarkan beliau karena kemasyhuran beliau akan kejujuran. Tetapi di sisi lain kemustahilan kisah Isra’ Mi’raj lebih dianggap kuat dan mampu mengubur dalam-dalam arti al-Amin yang telah tersematkan pada diri Nabi, hingga masih sulit bagi banyak orang untuk membenarkan Isra’ Mi’raj. Padahal kisah Nabi itu juga sudah diperkuat oleh beberapa pertanyaan yang bernada menguji seperti sifat baitul Maqdis dan kisah rombongan yang sedang bepergian keluar Makkah, kapan mereka datang dan kejadian yang menimpa mereka, meskipun benar kisah itu disertai fakta-fakta dan data mereka tetap teguh pada ke-tidak iman-annya. Komentar kontra paling keras bahkan muncul dari paman Nabi itu sendiri, Abu Lahb, “ Hanya untuk hal seperti ini kau mengumpulkan kami” dengan disertai caci maki yang kasar. Bahkan sebagian kaum muslimin ada juga yang kembali murtad disebabkan kisah Isra Miraj yang baru saja dikisahkan oleh Nabi. Beberapa orang kafir Quraisy yang kurang percaya tadi sempat mengadukan kejadian itu kepada Abu Bakar, alih-alih meminta perhatian, Abu bakar justru tetap berpegang pada imannya dan berkata “ Demi Allah, jikalau memang Muhammad yang berkata demikian, maka Ia benar “.  Golongan Orang mukmin masih tetap banyak yang beriman dan membenarkan kisah Nabi Saw, Abu Bakar tampil di barisan paling depan dalam membenarkan peristiwa ini, oleh sebab itulah beliau dijuluki “ as-Shidiq “,
Kapan Isra’ Mi’raj terjadi?
Seiring berjalannya waktu, dinamika perdebatan tentang isra miraj ini terus bermunculan. Permasalahan yang termasuk paling sering dibahas oleh ulama adalah tentang kapan sebenarnya Isra Miraj ini terjadi. Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri sempat mengutarakn perbedaan pendapat ini sampai 6 pendapat, pertama pendapat al-Thabari yang mengatakan bahwa isra miraj terjadi pada masa diangkatnya beliau menjadi nabi, pendapat kedua mengatakan 5 tahun setelah kenabian, pendapat ini dikuatkan oleh al-Nawawi dan al-Qurtubi, lalu pendapat ketiga mengatakan pada 27 Rajab tahun ke-10 setelah kenabian beliau pendapat ini dipilih oleh Allamah al-Manshurfuri. Namun ketiga pendapat ini terpatahkan oleh data-data sebagaimana yang disajikan oleh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam bukunya al-Rahiq al-Makhtum, bahwa ketiga data ini secara jelas menunjukan bahwa isra miraj terjadi pada saat dimana Khadijah istri Nabi masih dalam keadaan hidup karena Khadijah wafat pada bulan Ramadlan 10 tahun setelah kenabian.
Kemudian 3 pendapat lainnya yaitu, Bulan Ramadhan 16 bulan sebelum hijrah, Bulan Muharram 1 tahun 2  Bulan sebelum hijrah dan Bulan Rabiul Awwal 1 tahun sebelum hijrah, namun mengenai 3 pendapat ini penulis belum menemukan komentar ulama tentang mana yang lebih unggul karena keterbatasan penulis.
Apakah Beliau Isra Miraj dengan Ruh dan Jasad?
Sudah  disepakati dan diyakini bersama bahwa isra miraj memang sebuah fakta sejarah yang benar-benar terjadi, bahkan ada banyak penguat seperti apa yang telah dikisahkan dalam Al-Quran, kemudian Imam Bukhori beserta pakar ahli hadits lain juga turut mendokumentasikan peristiwa ini dalam buku-buku mereka. Namun kemudian muncul sebuah pertanyaan : apakah sebenarnya Nabi Isra Miraj dengan jasad dan ruh atau hanya ruh saja? Dalam menjawab pertanyaan ini banyak ulama yang berbeda pendapat karena memang tidak ada keterangan langsung dari Nabi sehingga para ulama mencoba berijtihad menggunakan argumentasinya masing-masing disertai dengan dalil-dalil yang mu’tabar. Dari golongan Ulama yang berpendapat bahwa Nabi Isra Miraj dengan jasad dan ruh munculah deretan nama seperti Husen Haikal, Muhammad Abduh, Farid Wajdi, Ibnu Ishaq dan lain sebagainya yang mengikuti pendapat Muawiyah dan Sayyidah ‘Aisyah yang tertuang dalam hadits :
  أن عائشة رضوان الله عليها كانت ، تقول : ما فقد جسد رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ولكن الله أسرى بروحه
Artinya : Rasulullah tidak pergi dengan badannya, tetapi Allah yang membuatnya bepergian dengan ruh.
Kemudian pendapat ini juga berlandaskan pada surat Al-Isra ayat 60 :
......... وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ..........
Artinya : .......Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia….........( QS. Isra : 60 )
bahwa kata الرُّؤْيَا adalah akar kata dari رأي  yang berorientasi pada mimpi, bukan رأي yang berorientasi pada melihat secara kasab mata karena memiliki akar kata sendiri yaitu   الرُّؤْيَة .
Kemudian ulama yang berpendapat bahwa isra Nabi dengan  jasad dan ruh dan pendapat inilah yang diunggulkan oleh jumhur ulama sebagaimana yang ditulis oleh Syaikh Ramadhan al-Buthy dalam bukunya Fiqh al-Sirah, kebanyakan ulama yan berpegang pendapat ini bertendensi pada hadits-hadit dan surat al-Isra ayat 1.  Berikut pola pengkajiannya :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ...............
Artinya : Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya .......( QS. Isra : 1)
Ketika Isra dengan ruh saja maka hal ini jelas bukanlah sebuah mukjizat yang diluar kebiasaan manusia, padahal jelas awal ayat ini diawali dengan kata  سُبْحَانَ  , yang mana menunjukan adanya perkara besar yang ingin ditunjukan setelah kata tersebut sebagaimana yang terdapat dalam kitab Dhurrah al-Nashihin.
Kemudian bukannya tidak mungkin jika Nabi di-isra miraj-kan dengan jasad dan ruh karena semua itu adalah perkara yang dilakukan Allah, sebagaimana terindikasi oleh kata sesudahnya أَسْرَىٰ yang berbentuk mutaaddi atau kata kerja yang diaktifkan karena mengikuti wazan  أفعل. ketika Allah yang berkehendak maka semua hal itu mudah saja untuk terlaksana.
Berlanjut ke kalimat sesudahnya, بِعَبْدِهِ bahwa kata عَبْد itu tidak bisa dilarikan untuk hamba hanya pada ruhnya melainkan manusia secara utuh, ruh dan jasad. Sebagaimana penggunaan عَبْد yang juga tertuang dalam ayat-ayat lain. Seperti dalam surat al-Alaq ayat 9 : “ عَبْدًا اِذَا صَلّٰىۜ ” dan surat al-Jin ayat : 19  “ وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ ” .
Dan untuk mengenai penafsiran الرُّؤْيَا maka kalimat ini boleh-boleh saja memiliki 2 orientasi yaitu penglihatan mimpi dan penglihatan nyata, sama seperti قربى  dan  قربة. Hal ini juga senada dengan penafsiran Abdullah bin Abbas yang kemudian diikuti oleh para ulama seperti Ibnu Katsir. Dengan adanya penafsiran ini, kata الرُّؤْيَا justru turut memperkuat jawaban kelompok yang berpendapat dengan jasad dan ruh, karena ditafsiri dengan melihat secara nyata bukan hanya mimpi.

Sebenarnya masih banyak sekali pembahasan menarik seputar dinamika perdebatan isra miraj seperti tempat pijakan awal naik ke langit, apakah Nabi melihat Allah dengan mata asli atau bagaimana? namun karena keterbatasan sajian dan meringkas, akhirnya penulis cukupkan sampai disini. Semoga dinamika ini dapat menggugah kita untuk kembali membuka-buka dokumentasi ulama. Disana kita dapat menemukan kajian-kajian yang menarik yang sudah dibahas Para ulama secara panjang lebar dan tinggal kita apakah mau kembali membukanya atau menjadikannya buku sejarah yang hanya tinggal sejarah. Kemudian dari penulis kurang lebihnya memohon maaf, sekian dan terimakasih.
  • Blogger Comments

0 comments:

Post a Comment

Top