Sunday, 8 June 2014

Gara-gara Uang Seribu

Muhammad akrom adabi

"  Si Polan baru saja pulang dari sekolah,  di tengah perjalanan ia bertemu dengan anak kecil yang menangis, raut mukanya nampak sangat sendiri dan kehilangan, karena merasa iba akhirnya Si Polan mencoba menenangkan anak kecil itu ( ini bukan modus emon   jiahaha … ) dan Polan bertanya tentang apa yang terjadi, anak kecil itupun menjawab sambil termehek-mehek ( uhuk-uhuk) “ Uang saya hilang Rp. 1000 “, karena Polan terlanjur terlahir dengan sifat baik hati ( seperti penulis kwkwkw… ) akhirnya dengan sedikit dibarengi rasa iya dan tidak polan mengeluarkan sisa uang saku sekolah yang niatnya ia tabung untuk membeli sepatu baru ( beli sepatu baru!! bukan beli indomie J ) kemudian ia memberikan uang yang cuma Rp. 1.000 itu ditambah Rp. 1.000 lagi biar anak tadi tambah seneng….
Eh, eh, eh,,,,   nangisnya  masih tetep kenceng,,, Si Polan ya jadi tambah bingung la wong uangnya sudah habis,,,, ia rogoh-rogoh lagi sakunya malah yang keluar sampah plastik permen ( maklum gk mau buang sampah kalau belum ketemu tongnya hehe )… akhirnya  dia tanya lagi kenapa anak kecil tadi tetep nangis……
Dan jawabannya gini.....

“ SEANDAINYA UANG SAYA TIDAK HILANG Rp. 1.000 
PASTI SEKARANG UANG SAYA Rp. 3.000 “

Waduwh pinter banget kalau disuruh ngitung duwit….
Baiklah permirsa, saya ingin tanya : jika anda disuruh memilih peran dalam kisah diatas siapakah tokoh yang anda pilih?? Si Polan atau si anak kecil ??
Kita semua pasti sepakat ingin menjadi tokoh protagonis dalam setiap kisah terlebih dalam sejarah yang sedang kita lalui dalam kehidupan ini…. Tapi sadarkah kita?? Dalam kehidupan sehari-hari kita justru sering menjadi anak kecil tadi…  LOL..  :p
 Jangan difikir dalam-dalam sambil berkata “ masak iya ??“… karena saya akan menjawab “ masak tidak :p “.
Serig sekali kita menyesali berbagai kejadian yang telah terjadi, padahal ketika kita menyesali perbuatan tadi belum tentu nasib kita lebih baik saat melakukan perbuatan yang kita anggap lebih harus kita lakukan pada masa lampau itu, ya seperti kisah anak kecil tadi, ia beranggapan jika uangnya tidak hilang ia akan dapat Rp. 3000, yah,, la hitung-hitungan takdir yo gk seperti hitung-hitungan matematika,,, emang dasar anak kecil ( oOps…nyindir Akrom Adabi L )
Anak kecil tadi belum tentu mendapatkan uang Rp.2.000 kalau uangnya tidak hilang…. Jadi ya sebenrnya gk ada itu istilah kerugian dalam takdir semua berjalan dengan sangat dinamis dan teratur, jika kita mau merenung sejenak kita akan menemukan berbagai alasan kenapa takdir kita berjalan seperti ini dan itu, lain kali saya akan coba menceritakannya di sini.
Dan dengan berandai-andai sambil menyesali perbuatan maka hal ini justru membuat hati kita makin tertekan, rasane gimanaaaa gitu,,,,,,,  NYESEEEEEEKKK  BEUDT….
Oya,,, Lha Rasulullah saja sudah mengajari kedamaian kepada kita,,,, 
Rasulullah Saw. sempat bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah tetapi masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah meraih apa yg bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah lemah. Jika sesuatu menimpamu jangan katakan:
‘Andaikan aku lakukan ini niscaya akan begini dan begini’ tetapi katakan: ‘Semua ini takdir Allah, Dia mengerjakan apa yg Dia kehendaki’ karena ‘andaikan’ membuka pintu bagi amalan setan.”

Ya intinya Rasulullah telah mengajari kita betapa kita harus menerima takdir, jangan sampai takdir yang telah lalu justru menjadi beban kita untuk melangkah di masa mendatang….
ya ezt,,, sudah dulu pemirsa,,,,  keep smile
J
  • Blogger Comments

0 comments:

Post a Comment

Top