" Si Polan
baru saja pulang dari sekolah, di tengah
perjalanan ia bertemu dengan anak kecil yang menangis, raut mukanya nampak
sangat sendiri dan kehilangan, karena merasa iba akhirnya Si Polan mencoba
menenangkan anak kecil itu ( ini bukan modus emon jiahaha … ) dan Polan bertanya tentang apa
yang terjadi, anak kecil itupun menjawab sambil termehek-mehek ( uhuk-uhuk) “
Uang saya hilang Rp. 1000 “, karena Polan terlanjur terlahir dengan sifat baik
hati ( seperti penulis kwkwkw… ) akhirnya dengan sedikit dibarengi rasa iya dan
tidak polan mengeluarkan sisa uang saku sekolah yang niatnya ia tabung untuk
membeli sepatu baru ( beli sepatu baru!! bukan beli indomie J ) kemudian
ia memberikan uang yang cuma Rp. 1.000 itu ditambah Rp. 1.000 lagi biar anak
tadi tambah seneng….
Eh, eh,
eh,,,, nangisnya masih tetep kenceng,,, Si Polan ya jadi
tambah bingung la wong uangnya sudah habis,,,, ia rogoh-rogoh lagi sakunya
malah yang keluar sampah plastik permen ( maklum gk mau buang sampah kalau
belum ketemu tongnya hehe )… akhirnya dia tanya lagi kenapa anak kecil tadi tetep
nangis……
Dan
jawabannya gini.....
“ SEANDAINYA
UANG SAYA TIDAK HILANG Rp. 1.000
PASTI SEKARANG UANG SAYA Rp. 3.000 “
Waduwh
pinter banget kalau disuruh ngitung duwit….
Baiklah
permirsa, saya ingin tanya : jika anda disuruh memilih peran dalam kisah diatas
siapakah tokoh yang anda pilih?? Si Polan atau si anak kecil ??
Kita semua
pasti sepakat ingin menjadi tokoh protagonis dalam setiap kisah terlebih dalam
sejarah yang sedang kita lalui dalam kehidupan ini…. Tapi sadarkah kita?? Dalam
kehidupan sehari-hari kita justru sering menjadi anak kecil tadi… LOL..
:p
Jangan difikir dalam-dalam sambil berkata “
masak iya ??“… karena saya akan menjawab “ masak tidak :p “.
Serig sekali
kita menyesali berbagai kejadian yang telah terjadi, padahal ketika kita
menyesali perbuatan tadi belum tentu nasib kita lebih baik saat melakukan
perbuatan yang kita anggap lebih harus kita lakukan pada masa lampau itu, ya
seperti kisah anak kecil tadi, ia beranggapan jika uangnya tidak hilang ia akan
dapat Rp. 3000, yah,, la hitung-hitungan takdir yo gk seperti hitung-hitungan
matematika,,, emang dasar anak kecil ( oOps…nyindir Akrom Adabi L )
Anak kecil
tadi belum tentu mendapatkan uang Rp.2.000 kalau uangnya tidak hilang…. Jadi ya
sebenrnya gk ada itu istilah kerugian dalam takdir semua berjalan dengan sangat
dinamis dan teratur, jika kita mau merenung sejenak kita akan menemukan
berbagai alasan kenapa takdir kita berjalan seperti ini dan itu, lain kali saya
akan coba menceritakannya di sini.
Dan dengan
berandai-andai sambil menyesali perbuatan maka hal ini justru membuat hati kita
makin tertekan, rasane gimanaaaa gitu,,,,,,,
NYESEEEEEEKKK BEUDT….
Oya,,, Lha
Rasulullah saja sudah mengajari kedamaian kepada kita,,,,
Rasulullah Saw.
sempat bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah
dari pada mukmin yang lemah tetapi masing-masing memiliki kebaikan.
Bersemangatlah meraih apa yg bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada
Allah dan janganlah lemah. Jika sesuatu menimpamu jangan katakan:
‘Andaikan
aku lakukan ini niscaya akan begini dan begini’ tetapi katakan: ‘Semua ini
takdir Allah, Dia mengerjakan apa yg Dia kehendaki’ karena ‘andaikan’ membuka
pintu bagi amalan setan.”
Ya intinya
Rasulullah telah mengajari kita betapa kita harus menerima takdir, jangan
sampai takdir yang telah lalu justru menjadi beban kita untuk melangkah di masa
mendatang….
ya ezt,,, sudah dulu pemirsa,,,, keep smile J
ya ezt,,, sudah dulu pemirsa,,,, keep smile J
0 comments:
Post a Comment