Wednesday 18 June 2014

Renungan Indah dari DR. KH. Abdul Ghofur Maimoen

Sebuah pertanyaan diajukan kepada seorang pujangga:

Renungan Indah dari DR. KH. Abdul Ghofur

“Apa perbedaan antara mereka yang cintanya hanya seuntai kalimat yang terucap di bibir, dan mereka yang menjiwai cinta serta menjalaninya?”

“Wahai murid-muridku, kalian akan segera tahu itu!” jawab Sang Pujangga.

Sang Pujangga mengajak untuk mendatangi sekelompok orang yang mengaku saling mencintai. Lalu dia menghidangkan kepada mereka, masing-masing semangkok sup dengan sendok yang panjangnya satu meter. Sang Pujangga mempersilahkan menikmat hidangan:

“Silahkan dimakan, tapi dengan sendok panjang ini ..”

Berkali-kali mereka mencoba menikmati hidangan tapi selalu gagal. Sup tumpah sebelum sampai ke mulut.

“Murid-muridku, mereka ini adalah orang-orang yang cintanya hanya di bibir belaka, cinta mereka tak pernah turun ke hati,” terang Sang Pujangga.

Sang Pujangga mengajak mendatangi sekelompok lain yang tampak saling mengasihi. Dia menghidangkan kepada mereka hidangan yang sama, masing-masing semangkok sup lengkap dengan sendok semeternya. Tidak seperti kelompok pertama, masing-masing dari mereka mencendok kuah lalu menyuapkannya kepada temannya. Mereka pun berhasil dan semua menjadi kenyang.

“Mereka adalah orang-orang yang cintanya bukan hiasan bibir belaka, tapi adalah hati dan jiwa. Mereka lebih berfikir tentang kelompoknya ketimbang tentang dirinya sendiri.” Kata Sang Pujangga kepada murid-muridnya.

“Seseorang yang hanya berfikir memuaskan diri sendiri dari hidangan kehidupan maka selamanya akan kelaparan. Sebaliknya, seseorang yang berfikir untuk berbagi kepada orang lain maka semua akan kenyang dan puas,” imbuh Sang Pujangga memberi hikmah kehidupan.

Prabowo dan Jokowi, begitu pula para timsesnya, menggemborkan kecintaannya kepada Indonesia dan bangsa Indonesia. Adakah itu hanya buah bibir, atau benar-benar bersemayam dalam hati? Jawabannya nanti usai pemilu. Konsep sederhananya adalah kesiapan untuk menjadi pemimpin bagi semua jika menang, dan kesiapan untuk dipimpin dan memberi dukungan jika kalah.

Leler-Banyumas, teruntuk para kyai yang telah mengajarkan cinta sejati: KH. Idris Marzuqi Lirboyo, KH. Mashduqi Mahfudz Malang, KH. Khatib Umar Jember, dan KH. Hamid Baidlowi Lasem.


Insya Allah perjuangannya akan kita teruskan.

  • Blogger Comments

0 comments:

Post a Comment

Top