Monday, 6 October 2014

Diskusi para kyai NU : Ancaman Transnasional bagi persatuan bangsa


Sarang - Sejak pukul 09.00 WIB alunan musik marching band Al-Anwar sudah mulai mengiringi para tamu undangan yang berdatangan dan berkumpul di halaman gedung sekolah tinggi Al-Anwar, jumlah seluruh peserta acara yang ratusan ini mulai memadati ruangan hingga acara dimulai pada pukul 10.00 WIB, acara yang mengundang ulama-ulama besar, seperti Syaikh Maimoen Zubair Sarang, Syaikh Rajab Dib Syiria dan ulama beasr lain ini adalah sebuah acara yang dilaksanakan oleh Majma Buhuts An-Nahdliyah, bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Al-Anwar yang menjadi sekolah tinggi dibawah naungan KH. Maimoen Zubair,  Majma Buhuts An-Nahdliyah sendiri merupakan sebuah forum yang diadakan guna membahas hal-hal yang berkaitan seputar keislaman.
Melihat berbagai masalah serta konflik internasional yang memprihatikan, seperti munculnya kelompok bergaris keras ISIS ( Islam State Of Iraq and Syam ), Runtuhnya kekuasaan-keuasaan di timur tengah, memanasnya kembali konflik palestina dan israel serta berita-berita lain yang berujung pada kelompok transnasional yang bergerak seperti menebar jala dan  memunculkan sebuah perpecehan, Para cendekiawan muslim sungguh tidak mengharapkan hal ini terjadi dan sebelum masalah ini benar-benar merasuk ke tubuh NKRI maka Majma Buhuts An-Nahdliyah mengadakan sebuah forum pencerahan serta diskusi yang mengundang berbagai tokoh dalam ahlinya serta mengundang banyak pihak dari berbagai Instansi guna mengantisipasi akan hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat mengancam keutuhan NKRI. Diharapkan dalam forum ini mampu memberikan pemahaman terhadap kelompok-kelompok transnasional, agar kemudian mampu membentengi dan menjaga diri, serta membentuk masyarakat Indonesia yang lebih berkarakter.
Dalam sesi keynote speacker, KH. As’ad Syaifudin Ali memaparkan berbagai golongan kelompok mulai dari yang berbasis Aqidah, Jihad serta politik beserta cara mengatasi jikalau menemukan golongan yang membahayakan dengan kedok Islam. “semoga dalam forum ini memunculkan sebuah saran yang jitu untuk pemerintah dan pemerintah lebih berani dalam bertindak” lanjut KH. As’ad Syaifudin Alu dalam keynote Speacker-nya.
Dalam sesi lain, Sayikh Rojab Dib dari Syiria menjelaskan bahwa awal dari perpecahan umat islam adalah karena ke-tidak mampu-an umat dalam membaca kitiab suci Al-Quran dan hadits nabi  sebagai ilmu pengetahun dan wahyu, sehingga perpecahan menjadi dan peran lembaga pemerastuan lembaga yang mendamaikan kelompok yang berseteru memiliki peran yang sangat penting di tengah-tengah permasalahan ini.
 Syaikh Maimoen Zubair juga sangat mewanti-wanti persatuan dengan menceritakan sejarah keberhasilan ulam terdahulu dalam  menyatukan umat pada satu wadah yakni Nahdlatul Ulama, dalam menyelesaikan masalah perpecahan ini rasa patriotisme tanah air sangat dibutuhkan agar perpecahan tidak terus bertambah besar “ Satu-satunya tempat kembali yaitu NKRI ” terang Mbah Mun, sapaan Syaikh Maimoen Zubair.
Setelah berisitirahat selama satu jam, dilanjutkan sesi selanjutnya yakni focus group discussion, yang dinarasumberi oleh Gus Yahya Staquf dan Gus Ghofur, sapaan akrab Dr. Abdul Ghofur, ketua STAI Al-Anwar tersebut. beliau menjelaskan berbagai kelompok yang muncul melalui sudut pandang teologi dan fiqh, dalam diskusi ini juga memunculkan banyak sekali ide-ide dan pandangan sebagaima saran dari Syaikh Rojab Syriria yang mengharapkan adanya lembaga pendamai dalam kelompok yang sering bertikai pun terjawab “ NU merupakan organisasi besar yang memiliki wadah dari anak-anak hingga tua sekalipun dan juga memiliki cabang organisasi yang banyak “ ujar Gus yahya. Selain itu sikap perubahan dan tindakan positif dari tiap warga NU juga perlu dibudayakan agar islam tidak mudah pecah dan NU bisa menjadi pemersatu “ kebesaran islam nusantara dan sikap khidmah dari setiap warganya, itulah yang menjadi islam ini makin kuat” lanjut gus Yahya, kemudian panasnya berita tentang isi juga tidak luput dari pembicaraan, ”mengenai ISIS, bahwa pembersihan ISIS harus juga pada ideologinya agar kemudian tidak muncul ISIS-ISIS baru dengan nama yang lain”  papar seorang hadirin dalam sesi Tanya jawab.
Setalah berdiskusi selama dua jam, acara  ini pun selesai pada pukul 16.00 WIB dan  dalam penutup, Ustadz Muadz Thohir, yang menjadi salah satu pengasuh pondok pesantren Matholiul Falah Pati memerintahkan agar selesai diskusi ini, tidak ada kepuasan bagi para hadirin sehingga pengetahuan dapat terus ingin dicari.
Mbah Maimoen di STAI Al-Anwar



  • Blogger Comments

0 comments:

Post a Comment

Top