Ereksi Ahok
dan Impotensi Parpol
Sebentar lagi “Teman Ahok”, “Lawan
Ahok” dan “Bukan siapa-siapanya Ahok” bakal memasuki pesta politik,
pemberitaannya memenuhi media, baik media maya maupun nyata. Ramai sekali DKI Jakarta
punya hajat. Tapi itu masih benar, memang harus ramai, kan hajat politik, kalau
sepi si namanya “Buang Hajat”. Untuk yang satu ini kalau dimediakan bisa kena
sanksi KPI. - Oh iya, tapi ada lho kemarin publik figure yang ngotot memediakan
persalilan istrinya. Saya lupa siapa namanya, lupa, soalya dia anggota dewan
yang gak terkenal itu lho :D
Nah, Biar tambah ramai, saya pengen ikut
nimbrung bahas Pilgub DKI. Seharusnya media berterimakasih kepada saya, di
tengah kesibukan saya untuk meyelesaikan
skripsi, rela-relanya saya melonggarkan diri untuk ikut meramaikan berita
Jakarta. Tetapi memang, tidak ada yang bisa ngertiin aku, yang bisa ngertiin
aku cuma “Kamu”, iya Kamu. :v
Tulisan
saya ini, tidak sedang bakal bahas masalah hukum Pemimpin Non Muslim, untuk
urusan ini, saya belum berkapasitas membicarakannya dari sudut pandang agama,
maklum santri amatiran hehe. Takut ada yang baper :D. saya hanya menulis
seputar refleksi saja. Tentang fenomena Ahok dan Isu Deparpolisasi.
Ahok
sekarang sudah semakin dewasa, dia sudah bisa ereksi sendiri tanpa harus
dibantu Pe-pe. Ke-mlete-an Ahok untuk maju secara independent ini
menarik perhatian publik. Tanggapannya pun beragam, ada yang biasa saja
dan ada yang lebih biasa-biasa saja. Eh, kebalik, maksud saya ada yang biasa
dan ada yang luar biasa. Beberapa awak media pun
menjadikannya bahan obrolan pengisi halaman depan koran dan hotnews
berita harian.
Lha
gimana tidak mlete, Jakarta itu kan kota besar, etalase Indonesia kog
teganya tidak butuh partai. Seperti ungkapan politikus berlogo Banteng ini.
“Jakarta
terlalu besar kalau sekadar diselesaikan satu orang baik sekali pun. Orang baik
tak cukup, satu superman tak akan cukup, jadi dibutuhkan partai politik,” ungkap
politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko. Ibu Kota gitu lho. Kog tega-teganya
Ahok maju independent wakakakaka. What the hell !?
Baiklah
pak, mumpung masih ramai film Batman Vs Superman, gimana kalau kita undang
mereka. Jangan cuma Gotham aja yang diurus. Bila perlu sekalian kita undang
avenger lain seperti X-Men, Kungfu Panda, dan komplotan Divergent yang sudah
sukses menayangkan Insurgent dan Allegiant. Jika masih kurang di Indonesia kita
masih punya banyak stok. Mulai dari Jaka Tarub, Angling Dharma sampai Saras
008. Heuheuheu. Kalau pengen greget lagi ya panggil saja
pahlawan-pahlawan Star Wars, jangan lupa pula ikutkan Iko Uwais :v
Sebenarnya,
Kalau beliau mau ngalah sedikit saja, dan menerima tawaran bu Mega serta
menyelesaikan nyang-nyangan di balik undangan makan malam, pasti nasib
Ahok di Pilgub lebih mujur, makin popular dan makin kuat. Makin gampanglah Ahok
menikmati empuknya paha JKT48. Eh maaf, maksutnya JKT1. :D
Keengganan
Ahok untuk menerima pinangan PDIP malah menambah derasnya arus Deahokisasi.
Dimana undang-undang untuk maju secara independent semakin dipersulit. Wah,
kelihatan sekali kan kalau para politikus partai gagap menangani hegemoni si
Tionghowa satu ini.
Sudah maju Independent, calon wakil
independent pula. Cerita tentang tidak populernya nama Heru Budi Hartono saat
dipilih Ahok sama seperti ketika Louis van Gaal memainkan Marcus Rashford di
Liga Europa pekan lalu. Bocah ingusan itu memang tidak familiar, saya aja yang
sejak kecil hidup di Pekalongan tidak kenal kog :v. Bedanya, jika Heru belum
terbukti membawa Ahok memuncaki DKI1 kembali, Rashford si orbitan muda ini
minimal telah membobol gawang Petr Cech, ketika MU menumbangkan Arsenal 3-2
pada akhir Februari lalu.
Kesimpulannya adalah saya Muslim dan
saya gak pilih semua :D, saya datang dari Negara Pekalongan, Indonesia hanya
secuil bagian dari desa saya. Apalagi DKI :p
0 comments:
Post a Comment