Kekuatan Prasangka
M. Akrom Adabi
Apa Itu Prasangka ?
Prasangka merupakan sebuah
dugaan yang terbesit dalam benak seorang manusia. Dalam menjalani kehidupan,
seseorang seringkali menerka-nerka mengenai hal apa yang akan terjadi pada
dirinya. Seorang nelayan misalnya, ketika berangkat melaut pada saat laut
tenang ia akan berfikiran, “Bisa jadi saya akan mendapat ikan banyak kali ini”,
atau seorang atlet olahraga yang juga menerka-nerka, “Apakah saya akan pulang
dengan membawa medali, atau hanya pengalaman mengikuti lomba”.Inilah yang
disebut prasangka.
Setiap orang dapat dengan
mudah membuat prasangka, mengikut dengan fikiran dan bagaimana dia akan
mengarahkan prasangka tersebut. Bisa jadi positif, bisa jadi negatif. Terserah orang
tersebut, karena hanya sebatas prasangka.
Prasangka, yang dalam
bahasa arab diistilahkan dengan “dzan” menurut Al-Thiby merupakan sebuah
kalimat yang dapat diarahkan pada dua makna, yakni keyakinan dan keraguan. Penentuan
makna tersebut bergantung pada seberapa besar orang tersebut meletakan prasangka
kepada apa yang disangkakan. Jika perkara yang disangkakan itu jelas, maka
prasangka ini berarti keyakinan dan jika tanda-tanda dari yang disangkakan ini
lemah, maka disebut keraguan. Sebagaimana yang dikutip oleh
AbdurrahmanAl-Mubarakfury. Mengenai prasangka dengan arti yang pertama yakni
keyakinan, terpapar dalam firman Allah :
الذين يظنون أنهم ملاقوا ربهم
Artinya : “( yaitu ) mereka yang
yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya” (QS. Al-Baqarah : 46)
Dan prasangka dengan arti yang kedua
yakni keraguan, terpapar dalam firman Allah
…وظنوا أنهم إلينا لا يرجعون
Artinya : “ ….. dan mereka mengira
bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada kami”( QS. Al-Qashas : 39)
Bukan Sekedar Prasangka
Meskipun prasangka hanya
sebatas dugaan semata, tapi prasangka kerap memiliki kekuatan di masa depan. Orang
yang berfikir positif akan lebih mudah mendapatkan hasil positif, dari pada
orang yang selalu berfikiran negative. Terkait hal ini Allah juga sering mendorong
para hambanya untuk selalu berfikir positif, melalui Hadis Qudsi yang telah
banyak didokumentasikan oleh para ulama, di antaranya yang saya kutip di bawah
ini:
أخبرنا عبد الله بن محمد بن
سلم قال : حدثنا حرملة بن يحيى قال : حدثنا ابن وهب قال : أخبرني عمرو بن الحارث -
وذكر ابن سلم آخر معه - أن أبا يونس حدثهم
عن أبي
هريرة عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : إن
الله جل وعلا يقول : أنا عند ظن عبدي بي إن ظن
خيرا فله وإن ظن شرا فله
Menurut al-Munawy dalam
kitab al-Taysir bi Syarh Jami al-Shoghir hadits diatas dapat diartikan
bahwa keseharian seorang manusia bergantung pada bagaimana ia berprasangka,
jika ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia
sangkakan. dan jika ia berprasangka buruk maka Allah akan membuat harinya, sama
seperti yang ia sangkakan.
Selain itu, para
motifator juga sering menyuarakan hal sama, entah mereka pernah membaca hadits
qudsi diatas atau tidak, yang jelas mereka sering mengucapkan bahwa jika
kita percaya kita bisa, maka alam dan sekitarnya akan mengantar kita untuk
bisa. Bahkan dalam buku “Note’s From Qatar” yang ditulis oleh Mohammad
Assad, motifator muda lulusan Hamad bin Khalifa University, Doha – Qatar itu. Mohammad
Assad sempat membagikan kisah-kisah keberuntungan pribadinya selama menjalani
kuliahnya di Qatar. Menurutnya keberuntungan ia dapatkan selain dari sedekah
juga dari berfikir positif. Dalam bukunya ia juga membuat sub yang berjudul "Positive,
Persistence, Pray" atau disingkat 3P’s ( Berpikir Positif, Pantang
Menyerah, dan Berdoa ).
Secara psikologis, otak,
fikiran dan perasaan kita merupakan Control yang mempengaruhi bagaimana
kemudian kita menjalani kehidupan sehari-hari, implementasi akan nampak dari cara
kita bertindak dan memandang berbagai hal. Sehingga banyak para pakar psikolog
yang menerapkan terapi alam bawah sadar dengan memanfaatkan brainwave
(gelombang otak) seperti yang dilakukan Om Ary Ginanjar pelopor teori otak
kanan Indonesia (ESQ), atau seperti teroti “The Universal Law of Attraction”
yang disuarakan QPL (Quantum Power Learning) yang beranggapan bahwa
dengan berfikir positif maka hal positif akan menghampiri kita, pun sebaliknya,
dengan prasangka negative maka hal negative akan menghampiri kita.
Positif Dan Terus Berfikir Positif
“Never Quit!”, Begitu kata
Assad, berfikir positif sebagai modal awal saja rasanya belum cukup. Dalam
menjalani kehidupan, kita tidak tahu hal apa yang akan terjadi pada kita, yang
perlu diingat adalah tidak semua orang melewati harinya dengan lancar.
Mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Meskipun modal positif
terus kita tancapkan dalam hati, terkadang prasangka positif itu hilang
beriringan dengan kegagalan yang kita peroleh, terlebih saat kita mengalami
kegagalan yang kedua kali dan seterusnya. Rasa putus asa sering muncul, dan
muncullah prasangka negatif “Saya sudah tidak mampu lagi melakukannya ”. Bukankah Nabi telah memperingatkan kita
agar tidak berputus asa :
حدثنا عبد الله بن إسحاق العطار ، ثنا الضحاك بن مخلد ، ثنا
شبيب بن بشر ، عن عكرمة ، عن ابن عباس أن ' رجلاً قال : يا رسول الله ، ما الكبائر
؟ قال : الشرك بالله ،
والإياس من روح الله ، والقنوط من رحمة الله
Artinya :“ Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam bersabda : (apa itu dosa besar?) Menyekutukan Allah,
Berputus asa dari kelapangan Allah, dan putus harapan dari rahmat Allah ”
Kita tidak pernah tahu
kapan yang kita harapkankan itu akan tercapai, bisa jadi setelah kegagalan
kedua atau yang ketiga. Yang penting adalah bagaimana kita mampu terus berfikir
positif dan terus berusaha. Allah maha pemberi, Allah maha pengasih, Allah maha
penyayang. Wallahu’alam.
0 comments:
Post a Comment