1.
Toleransi dalam Perspektif Al-Quran
Pada suatu kesempatan sekelompok kafir Quraisy pernah mengajak Nabi
berunding, diantara mereka ada Walid bin Mughirah, Umayah bin Khalaf, ‘Ashy bin
Wail, Abu Jahal dan para pembesar lainnya . Mereka menawarkan sikap toleransi
dalam beragama. Tapi bukan toleransi biasa yang mereka tawarkan, malainkan
sudah mencapai tahap over, mereka mengajak Nabi untuk menyembah tuhan
mereka sebagaimana ritual mereka dengan durasi selama satu tahun, dan tahun berikutnya mereka akan melakukan hal
yang sama, menyembah tuhan agama Islam dengan ritualnya dengan penawaran durasi
yang kurang lebih sama. Kisah inilah yang meatarbelakangi turunya surat
Al-Kafirun[1],
قُلْ يَا أَيُّهَا
الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا
أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا
أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
Surat Al-Kafirun ini merupakan bentuk toleransi yang diajarkan
dalam islam, dimana Islam membiarkan para pemeluk lain untuk tetap beribadah,
sebuah bentuk perdamaian yang diajarkan dalam Al-Quran dan membiarkan mereka
tetap berada pada agama mereka, hal ini juga disinggung dalam Al-Quran surat
al-Baqarah ayat 256 :
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ
بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dengan penegasan “لَا إِكْرَاهَ ” menunjukan bahwa agama Islam bukanlah agama
diktator yang dengan semena-mena menuntut seseorang untuk masuk ke dalam agama
Islam. sesuai dengan sebab turunya ayat dimana ada seorang Nashroni yang
menanyakan kepada Nabi tentang bagaimana jika dia memaksa kedua anaknya yang
beragama Kristen untuk masuk islam[2].
Dengan ayat diatas, sudah tergambarkan bahwa Islam merupakan agama
yang mengakui adanya keragaman agama, namun Islam bukanlah agama yang mau
mengakui agama lain.
[1] Syihabudin
al-Alusy. Ruhul Maani Fi Tafsiril Quran al-Adzim Wa Sabul Matsani. ( Maktabah
Syamilah versi 3.52 ) 157
[2]Dalam
asbabun nuzul ayat ini penulis menemukan banyak versi, dalam sebuah cerita ada
yang mengatakan bahwa tokoh dalam kisah ini adalah seorang ibu yang hendak
memaksa anaknya pindah dari agama yahudi ke Islam, kemudian turunlah ayat ini.
Lihat Muhammad al-Thabari. Jamiul Bayan Fi Tawilil Quran.( Maktabah Syamilah
versi 3.52 ). 408
0 comments:
Post a Comment